PEMILU KINI TELAH TIBA
Jember
Kritis Kamis, 27 Maret 2014. Pemilu raya tahun 2014 sudah tinggal menghitung
hari khususnya pemilihan anggota legislatif di tingkat Kabupaten, Provinsi
bahkan sampai pusat. Pemilu raya yang digadang-gadang oleh masyarakat sebagai
momentum pesta demokrasi akan diselenggarakan pada hari Rabu tanggal 09 April
2014 mendatang. Penyebutan pemilu sebagai momentum demokrasi muncul karena di
waktu itulah masyarakat dari kalangan atas sampai bawah tanpa melihat status
sosial dapat memilih dan ikut menentukan siapa pemimpin yang layak dan mampu
membawa perubahan bagi mayarakat di lima tahun ke depan. Sementara bagi para
caleg (Calon Legislatif) sendiri, hal ini merupakan momentum pertarungan
politik di mana antara calon satu dengan lainnya saling berlomba-lomba untuk
mendapatkan suara sebanyak-banyaknya demi meraih kemenangan untuk duduk di
kursi dewan sebagai wakil rakyat dalam menampung dan menyampaikan aspirasi dan
kemauan rakyat.
Pertarungan
politik pada tahun 2014 ini akan lebih sengit apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Berdasarkan keterangan dan penyataan Bapak Haji Eko selaku ketua
Komisi I DPRD Banyuwangi mengatakan bahwa pertarungan politik tahun 2014 akan
lebih ketat dari pada tahun sebelumnya karena para calon akan saling beradu
program dan berlomba-lomba dalam memperkenalkan sosok figurnya untuk duduk di
parlemen. “Yang jelas untuk tahun 2014 dengan adanya partai yang tinggal 12
ini, pertarungannya lebih sengit, lebih beradu program dan lebih beradu figur-figur
terbaik yang akan duduk di perlemen di 2014.” Ujar Dewan yang akan maju kembali
sebagai caleg pada tahun 2014 tersebut. Menurutnya, dengan 12 partai yang akan
berlaga diprediksikan akan melahirkan persaingan yang sengit. Masyarakat akan
memilih figur yang terbaik dan mempunyai program yang dapat membawa perubahan
terhadap kehidupan masyarakat.
Para
calon-calon muda yang mempunyai idealisme tinggi pada hari ini diprediksikan
akan mampu bersaing dan mendominasi kursi di parlemen dikarenakan saat ini
masyarakat tambah lama tambah cerdas dalam menentukan piihannya. Mereka tidak
lagi mau terjebak pada janji buta belaka tetapi mereka akan menentukan
piihannya terhadap mereka yang dianggap mempunyai program pro-rakyat. “Buktinya
hari ini saya di Gerindra sangat luar biasa selain figur yang di atas juga luar
biasa, tetep potensi caleg di kabupaten, propinsi maupun pusat itu mempengaruhi
terkait dengan SDM, ketokohannya, jaringannya dan apa yang sudah dia perbuat
untuk masyarakat.” Tambah caleg Gerindra
kabupaten Banyuwangi itu. Bapak Haji Eko, begitu sapaan akrab Dewan Banyuwangi
tersebut juga menambahkan bahwa dirinya bangga menjadi seorang kader Gerindra
karena partai tersebut pada saat ini mempunyai pengaruh besar di pusat. Meroketnya
pengaruh Gerindra di pusat tidak lepas dari figur-figur kader partai itu
sendiri. Oleh karena itu, Bapak Haji Eko mengharapkan kualitas dan potensi
caleg di tingkat Kabupaten dan Provinsi juga harus bagus, baik dari aspek SDM,
figur dan ketokohan serta jaringannya. Selain itu, yang juga tidak kalah
penting adalah apa saja yang telah dia perbuat untuk masyarakat.
Sedikit berbeda dengan keterangan dan pendapat di atas, lebih
khusus bapak Mahsun selaku anggota Komisioner KPU Bondowoso berpandangan tentang
pertarungan politik 2014 dengan mengatakan bahwa dalam konteks Bondowoso,
budaya masyarakatnya masih patrialistik. “Kalau hari ini Bondowoso itu,
budayanya kan masih patrialistik. Jadi dominasi tokoh itu masih sangat tinggi
sehingga banyak politisi yang tidak pede dengan kekuatannya, akhirnya dompleng
kepada kekuatan-kekuatan yang ada baik itu yang di dalam Bondowoso maupun luar Bondowoso,
dan yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal.” Di dalam keterangan itu
beliau melihat para politisi Bondowoso ketika mau mencalonkan diri menjadi
legislatif ataupun eksekutif cenderung tidak percaya diri dengan figur dan
potensi dirinya sehingga mereka memperkenalkan figur dirinya dengan mendompleng
atau bernaung di bawah nama besar tokoh politik yang sudah besar, kiai dan
lainnya baik yang berasal dari dalam maupun luar Bondowoso. Hal itu terjadi
karena dominasi dan hegemoni tokoh besar itu masih sangat tinggi di Bondowoso
sehingga tidak ada kepercayaan diri bagi para caleg untuk memperkenalkan
seorang diri kepada masyarakat secara independen.
Selain itu, masyarakat selaku konstituen atau
pemilih juga cenderung melihat siapa tokohnya bukan apa yang disampaikannya.
Sementara itu, menurut beliau sebagaimana dawuh sayyidina Ali bahwa “Lihatlah
apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan.” Dengan demikian,
para caleg semakin tidak percaya diri untuk memperkenalkan figurnya secara
mandiri. Adapun salah satu contoh yang dapat dijadikan indikator bahwa
kebanyakan caleg Bondowoso tidak percaya diri salah satunya adalah dapat
dilihat ketika mereka memperkenalkan dirinya dengan menggunakan baleho, banner
dan sebagainya. Di dalam banner itu terdapat dua gambar, gambar bagian depan
adalah gambar caleg sedangkan di belakang terdapat gambar tokoh besar atau
ulama’ yang digandeng di dalam gambar. Hal itu dilakukan agar masyarakat
menganggap caleg tersebut sangat dekat dengan tokoh atau ulama’ yang
dibangga-banggakan oleh masyarakat.
Kirim Komentar