41 Tahun IKMPB: Merawat Kontinum Sejarah, Merajut Gagasan Masa Depan

 

  Bondowoso — Dalam rangka memperingati hari lahir Ikatan Keluarga Mahasiswa dan Pelajar Bondowoso (IKMPB) yang ke-41, diselenggarakan acara perayaan meriah pada Minggu, 22 Juni 2025, bertempat di Aula Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Bondowoso. Acara ini dihadiri oleh kader, anggota, pengurus aktif, demisioner, serta para alumni dari berbagai angkatan. Perayaan ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, namun juga momentum untuk merefleksikan perjuangan panjang IKMPB sejak awal berdirinya. Rangkaian acara dimulai dengan berbagai penampilan budaya, termasuk tari tradisional dan hiburan musik yang dibawakan oleh Rengganis (angkatan 2022) dan Samsul (angkatan 2024), yang sukses memeriahkan suasana.

 Dalam sambutannya, Presiden Mahasiswa IKMPB periode 2025–2026, Muhammad Abdul Basyit Hidayatullah menegaskan bahwa organisasi ini berdiri atas dasar perjuangan kolektif para senior terdahulu. IKMPB tidak serta merta berdiri begitu saja, melainkan lahir dari perjuangan. Seperti pepatah, jika ingin berjalan cepat, berjalanlah sendirian. Namun jika ingin berjalan jauh, maka berjalanlah bersama-sama,” ujar Basyit penuh semangat. Hal senada juga disampaikan oleh Cak Arik selaku Wakil Pembina IKMPB. Ia menekankan pentingnya berjalan beriringan dalam membesarkan organisasi. Kita harus berjalan secara beriringan agar organisasi ini tumbuh dan berkembang,” pesannya singkat namun bermakna.

   Mewakili pengurus lama, Cak Hendra selaku Bendahara Pusat menyampaikan kilas balik sejarah IKMPB dengan menyebutkan secara langsung nama-nama ketua dari periode pertama hingga saat ini. "Kita harus mengenang dan menghargai jasa para pendahulu seperti Prof. Halim Abdul Subahar, Dr. Ahmadi, Sujak, Pak Nuh, dan banyak lainnya yang telah menanamkan dasar perjuangan organisasi ini,” ungkapnya saat menyampaikan catatan sejarah IKMPB.

  Sambutan terakhir disampaikan oleh tokoh senior, Cak Rifai, yang mengingatkan pentingnya kepekaan terhadap perubahan zaman. Siapa yang peka terhadap tantangan zaman, maka dialah yang akan menguasainya,” tegas Cak Rifai. Ia juga menceritakan bagaimana inisiatif awal dari Prof. Halim bersama rekan-rekannya mendirikan LSM dan lembaga pendidikan untuk membangun masyarakat Bondowoso.

   Salah satu wujud nyata dari misi besar IKMPB adalah lahirnya IAI At-Taqwa Bondowoso, yang dahulu digagas sebagai bentuk respons terhadap rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Bondowoso. "Dulu Bondowoso disebut sebagai kota mati, bahkan menurut data kala itu 51,41% penduduknya buta huruf dan 40% buta aksara,” papar Rifai dalam sambutannya. Setelah sambutan-sambutan, acara dilanjutkan dengan seremoni peniupan lilin oleh Presiden IKMPB, disaksikan oleh seluruh undangan yang hadir. Suasana haru dan bangga bercampur dengan tepuk tangan meriah dari para peserta. Sebagai penutup, Rengganis dan Samsul kembali naik ke panggung, menyanyikan lagu secara duet yang berhasil menciptakan kemeriahan luar biasa di ruangan. Penampilan mereka yang atraktif dan menghibur membuat seluruh hadirin larut dalam euforia. Acara ditutup dengan sesi dokumentasi foto bersama seluruh peserta, menandai berakhirnya rangkaian kegiatan Harlah IKMPB ke-41

Diberdayakan oleh Blogger.