KONTRIBUSI SANTRI UNTUK NEGERI
IKMPB BERITA : Kemarin (03/04/2016), saya bersama para alumni pondok pesantren sidogiri –rombongan –turut hadir dalam acara walimatul ussy putri dari guru kami, -KH. A. Nawawi Abd Jalil (pengasuh sidogiri). Acara pernikahan yang diselenggarakan pada hari ahad di halaman pondok pesanten sidogiri ini banyak menuai pengalaman dan cerita yang dapat di ambil sebagai pelajar buat penulis dan tentunya buat semua. Adapun pengalaman dan cerita yang saya dapat baik itu dari alumni, santri, dan dari yang lain, salah satunya yang paling membuat saya bangga ialah: “kian produktifnya orang-orang pesantren dalam menghasilkan karya (kitab/buku), gagasan, dan lain sebagainya.” –kata salah satu Alumni pada waktu itu.
Memang sudah saatnya orang pesantren (kiai dan santri) kembali menunjukan kemampuanya kepada kita semua, lebih-lebih kepada dunia jika sesungguhnya orang-orang pesantren itu juga mampu bersaing di kanca Internasional. Seperti halnya yang sudah pernah dilakukan oleh ulama pesantren terdahulu, misalnya: Syaikh Nawawi Al-Banteni (w.1897), Syaikh Ahmad Khatib Al-Minankabawi (w. 1916), Syaikh Mahfuzh Al-Turmusi (w. 1920), Syaikh Ihsan Al-Jamfasi (w. 1952), Syaikh Yasin Al-Fadani (w. 1990), dan lainnya. (M. Solahudin, 2014) . Para ulama dari pesantren ini telah menunjukkan kepada kita dan dunia bahwa sanya orang Indonesia dalam hal ini orang pesantren, mampu bersaing dan sejajar dengan para ulama ternama di seluruh penjuru dunia baik itu dari segi kealimannya maupun dari segi produktifitasnya.
Di era global seperti pada saat ini, tantangan pesantren tentunya lebih kompleks dalam menghadapi dan menjawab pelbagai kebutuhan dan persoalan yang sedang kita hadapi. Untuk menghadapi dan menjawab kebutuhan dan persoalan masyarakat, pesantren tentunya harus berbenah diri –dari berbagai aspek -agar supaya tetap bisa eksis di tengah-tengah kemajuan zaman. Dan hal ini pun dibuktikan oleh pesantren, dengan banyaknya jebolan pesantren yang akhir-akhir ini ikut serta menyumbangkan pemikiran dan tindakan dalam menjawab persoalan yang dihadapi oleh Umat Islam dan bangsa Indonesia, seperti contohnya: KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Nurcholis Madjid (Cak Nur), A. Mustofa Bisri (Gus Mus), Emha Ainun Najib (Cak Nun), D. Zawawi Imron, dan lain sebagainya.
Dilihat dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia, pesantren sebagai institusi pendidikan Islam mempunyai peran yang sangat signifikan dalam mengawal perjalanan Islam dan bangsa Indonesia. Terbukti dengan eksistensinya pesantren dari masa ke masa dengan memberikan kontribusi konkrit yang spektakuler. Tengoklah pada masa kerajaan Jawa, pesantren menjadi pusat dakwa penyebaran Islam. Di era penjajahan kolonial, pesantren mengambil posisi ‘uzlah untuk menghimpun kekuatan perlawanan rakyat. Di era kemerdekaan, pesantren terlibat dalam perumusan bentuk dan ideologi bengsa serta terlibat revolusi fisik untuk mempertahankan kemerdekaan. Dan sekarang, sebagai lembaga pendidikan, pesantren telah mampu menjadi benteng pertahanan terakhir dalam menjaga nilai-nilai moral dan spiritual bangsa Indonesia .
Untuk itu, kedepannya saya berharap khusunya kepada diri sendiri dan kepada orang-orang pesantren (kiai dan santri) agar supaya terus bisa menjadi dan mencetak sumber daya manusia yang berkompeten, baik di bidang Ilmu Agama, Ilmu Pengetahuan Umum, tehnologi, dan lain sebagainya. Dalam upaya mengarungi kemajuan Islam dan bangsa Indonesia. Wallahu A’lam. (Muhammad Sholeh)
Kirim Komentar